Surat ini saya temukan dari situs resmi pemkab Rembang dari sebuah pemberitaan dimulainya pembangunan Pabrik PT Semen Indonesia, yang saya sayangkan sama sekali tak ada respon dari pihak pemerintah kabupaten terhadap surat Andriyan Yuniantoko yang notabenenya sebagai generasi pemuda rembang yang amat sangat mencintai Kota kelahirannya tersebut, mari kita simak apa isi surat yang dia tuliskan.
"Salam sejahtera untuk pemerintah
Kabupaten Rembang yang terhormat.
Pertama-tama saya mengapresiasi
langkah-langkah pemerintah kabupaten Rembang yang nampaknya visioner. Luar
biasa sekali ide-ide pemerintah Rembang dewasa ini. Banyak pembangunan yang
sedang diagendakan untuk memajukan Rembang. Saya sebagai pemuda yang besar di
Rembang harusnya bangga dan senang. Senang karena kemajuan Rembang akan membawa
dampak yang cukup signifikan salah satunya yakni dikenalnya nama Rembang.
Selama ini Rembang tak terlalu dikenal. Ini lah kenyataan yang saya alami
ketika pertama kali masuk ke perguruan tinggi di luar Kabupaten Rembang. Ketika
memperkenalkan diri dan menyebutkan asal daerah, saya selalu ditanya,
"Rembang itu mana?" Merasakan kenyataan seperti itu saya tak lantas
100% menyalahkan pemerintah Rembang karena tak bisa mengenalkan Rembang. Karena
bisa saja orang yang bertanya kepada saya letak Rembang di mana kurang terbiasa
melihat peta Indonesia secara seksama.
Namun, dua tahun terakhir nama
Rembang begitu tersohor. Atas jasa siapa Rembang dapat tersohor? Kepada siapa
saya harus berterima kasih karena seringnya kata Kabupaten Rembang, Jawa Tengah
berseliweran di media cetak, elektronik, dan sosial terkait tertangkapnya
Bupati Salim sebagai tersangka korupsi?
Belum selesai pemberitaan
korupsi dari bupati Rembang kini ada berita konflik pembangunan pabrik. Entah
sebagai mahasiswa perantau seperti saya ini harus ngomong apa dihadapan
kawan-kawan.
Mengomentari peristiwa yang
terjadi sekarang dan artikel di atas. Bapak Pelaksana Tugas Bupati mengatakan
bahwa perbedaan pendapat adalah hal yang biasa. Saya sepakat dengan pendapat
bapak. Tapi, mohon maaf izinkan saya memberi penilaian bahwa kalimat seperti
itu menurut saya adalah klise dan common sense. Karena sudah pasti bahwa semua
orang lahir dan dianugerahi akal pikiran yang tak sama satu sama lain. Mungkin
kalau tidak ada perbedaan pendapat, Amerika akan menjadi negara panganut
Sosialisme. Dan mungkin akan banyak orang bernama Karl Marx.
Perbedaan pendapat adalah suatu
keniscayaan. Akan tetapi pembiaran perbedaan pendapat sehingga menimbulkan
konflik adalah suatu tindakan yang tidak bijaksana bagi seorang pemerintah.
Saya tak bermaksud mengajari atau sok menggurui, siapa lah saya ini. Saya hanya
pemuda biasa dari pesisir yang sedang belajar tentang cara mencapai
kebahagiaan.
Perbedaan pendapat adalah suatu
keniscayaan. Tak seharusnya perbedaan pendapat yang berujung konflik
kemanusiaan terjadi. Apakah sudah ada ada public hearing yang melibatkan
pemerintah, masyarakat, lsm, dan perusahaan? Jika sudah maka seharusnya
pernyataan klise, "perbedaan pendapat adalah hal biasa" tidak akan
dirilis di sini.
Sebenarnya dari awal saya tidak
terlalu ingin atau berani berkomentar. Tapi lama-lama saya geram melihat polah
pemerintah, masyarakat, lsm, dan perusahaan semen.
Entah bapak memikirkanr atau
tidak bahwa adanya pabrik semen menimbulkan transformasi mata pencaharian dari
petani menjadi buruh kontrak pabrik. Imbasnya, hasil pertanian turun dan impor
meningkat. Entah Bapak sudah menimbang ini atau belum. Karena sepengetahuan
saya yang ditekankan oleh Bapak haya pada pembangunan ekonomi dari adanya
pabrik.
Saya juga heran mengapa
pemerintah Rembang mengingkari perda yang telah mengatur tentang tata ruang
kota. Saya juga menyayangkan mengapa hanya ibu-ibu yang melakukan protes. Ke
mana para pria-pria perkasa? Kenapa hanya melihat dan berseliweran saja? Seolah
aksi tersebut adalah aksi bayaran dan ada yang menggerakkan.
Saya juga menyayangkan tindakan
represif aparat polisi. Saya mafhum bahwa menghadapi massa yang banyak tidak
lah mudah. Seperti kata Nietzsche massa adalah sosok yang besar dan menakutkan.
Saya pernah menyaksikan sendiri betapa menakutkannya massa yang banyak. Mereka
susah diatur memang. Tapi seharusnya bapak tak perlu melakukan kekerasan untuk
menghalau ibu-ibu tersebut.
Demikian lah pemerintah
kabupaten Rembang yang terhormat kegelisahan saya. Saya yakin bapak/ibu semua
tahu bahwa tanpa kemanusiaan, persatuan dan keadilan sosial tidak akan dapat
ditegakkan. Sebagaimana dalam Pancasila, sila kemanusiaan disebut terlebih
dahulu sebelum sila persatuan begitu juga sila keadilan sosial. Mohon maaf
apabila kata-kata saya kurang ajar dan menyakitkan karena tujuan saya
berkomentar di sini bukan untuk menghardik pemimpin yang lalim (meskipun
kenyataannya tindakan pemimpin kami seperti itu) dan menyakiti orang lain." (HAK)
0 comments:
Post a Comment