photo web_zpsfdf42edb.jpg
Monday 23 June 2014

11:43


Surat ini saya temukan dari situs resmi pemkab Rembang dari sebuah pemberitaan dimulainya pembangunan Pabrik PT Semen Indonesia, yang saya sayangkan sama sekali tak ada respon dari pihak pemerintah kabupaten terhadap surat Andriyan Yuniantoko yang notabenenya sebagai generasi pemuda rembang yang amat sangat mencintai Kota kelahirannya tersebut, mari kita simak apa isi surat yang dia tuliskan.


"Salam sejahtera untuk pemerintah Kabupaten Rembang yang terhormat.
Pertama-tama saya mengapresiasi langkah-langkah pemerintah kabupaten Rembang yang nampaknya visioner. Luar biasa sekali ide-ide pemerintah Rembang dewasa ini. Banyak pembangunan yang sedang diagendakan untuk memajukan Rembang. Saya sebagai pemuda yang besar di Rembang harusnya bangga dan senang. Senang karena kemajuan Rembang akan membawa dampak yang cukup signifikan salah satunya yakni dikenalnya nama Rembang. Selama ini Rembang tak terlalu dikenal. Ini lah kenyataan yang saya alami ketika pertama kali masuk ke perguruan tinggi di luar Kabupaten Rembang. Ketika memperkenalkan diri dan menyebutkan asal daerah, saya selalu ditanya, "Rembang itu mana?" Merasakan kenyataan seperti itu saya tak lantas 100% menyalahkan pemerintah Rembang karena tak bisa mengenalkan Rembang. Karena bisa saja orang yang bertanya kepada saya letak Rembang di mana kurang terbiasa melihat peta Indonesia secara seksama.
Namun, dua tahun terakhir nama Rembang begitu tersohor. Atas jasa siapa Rembang dapat tersohor? Kepada siapa saya harus berterima kasih karena seringnya kata Kabupaten Rembang, Jawa Tengah berseliweran di media cetak, elektronik, dan sosial terkait tertangkapnya Bupati Salim sebagai tersangka korupsi?
Belum selesai pemberitaan korupsi dari bupati Rembang kini ada berita konflik pembangunan pabrik. Entah sebagai mahasiswa perantau seperti saya ini harus ngomong apa dihadapan kawan-kawan.
Mengomentari peristiwa yang terjadi sekarang dan artikel di atas. Bapak Pelaksana Tugas Bupati mengatakan bahwa perbedaan pendapat adalah hal yang biasa. Saya sepakat dengan pendapat bapak. Tapi, mohon maaf izinkan saya memberi penilaian bahwa kalimat seperti itu menurut saya adalah klise dan common sense. Karena sudah pasti bahwa semua orang lahir dan dianugerahi akal pikiran yang tak sama satu sama lain. Mungkin kalau tidak ada perbedaan pendapat, Amerika akan menjadi negara panganut Sosialisme. Dan mungkin akan banyak orang bernama Karl Marx.
Perbedaan pendapat adalah suatu keniscayaan. Akan tetapi pembiaran perbedaan pendapat sehingga menimbulkan konflik adalah suatu tindakan yang tidak bijaksana bagi seorang pemerintah. Saya tak bermaksud mengajari atau sok menggurui, siapa lah saya ini. Saya hanya pemuda biasa dari pesisir yang sedang belajar tentang cara mencapai kebahagiaan.
Perbedaan pendapat adalah suatu keniscayaan. Tak seharusnya perbedaan pendapat yang berujung konflik kemanusiaan terjadi. Apakah sudah ada ada public hearing yang melibatkan pemerintah, masyarakat, lsm, dan perusahaan? Jika sudah maka seharusnya pernyataan klise, "perbedaan pendapat adalah hal biasa" tidak akan dirilis di sini.
Sebenarnya dari awal saya tidak terlalu ingin atau berani berkomentar. Tapi lama-lama saya geram melihat polah pemerintah, masyarakat, lsm, dan perusahaan semen.
Entah bapak memikirkanr atau tidak bahwa adanya pabrik semen menimbulkan transformasi mata pencaharian dari petani menjadi buruh kontrak pabrik. Imbasnya, hasil pertanian turun dan impor meningkat. Entah Bapak sudah menimbang ini atau belum. Karena sepengetahuan saya yang ditekankan oleh Bapak haya pada pembangunan ekonomi dari adanya pabrik.
Saya juga heran mengapa pemerintah Rembang mengingkari perda yang telah mengatur tentang tata ruang kota. Saya juga menyayangkan mengapa hanya ibu-ibu yang melakukan protes. Ke mana para pria-pria perkasa? Kenapa hanya melihat dan berseliweran saja? Seolah aksi tersebut adalah aksi bayaran dan ada yang menggerakkan.
Saya juga menyayangkan tindakan represif aparat polisi. Saya mafhum bahwa menghadapi massa yang banyak tidak lah mudah. Seperti kata Nietzsche massa adalah sosok yang besar dan menakutkan. Saya pernah menyaksikan sendiri betapa menakutkannya massa yang banyak. Mereka susah diatur memang. Tapi seharusnya bapak tak perlu melakukan kekerasan untuk menghalau ibu-ibu tersebut.
Demikian lah pemerintah kabupaten Rembang yang terhormat kegelisahan saya. Saya yakin bapak/ibu semua tahu bahwa tanpa kemanusiaan, persatuan dan keadilan sosial tidak akan dapat ditegakkan. Sebagaimana dalam Pancasila, sila kemanusiaan disebut terlebih dahulu sebelum sila persatuan begitu juga sila keadilan sosial. Mohon maaf apabila kata-kata saya kurang ajar dan menyakitkan karena tujuan saya berkomentar di sini bukan untuk menghardik pemimpin yang lalim (meskipun kenyataannya tindakan pemimpin kami seperti itu) dan menyakiti orang lain." (HAK)

0 comments:

Post a Comment